1.1. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan, ternyata bangsa
Indonesia masih mengalami berbagai macam rongrongan atau gangguan yang
datang baik dari dalam maupun dari luar. Pemerintah Belanda masih tetap
ingin menguasai wilayah Indonesia. Namun, kali ini kedatangan pasukan
Belanda ke wilayah Indonesia bersama-sama dengan pasukan Sekutu-Inggris.
Kedatangannya disambut dengan berbagai bentuk perlawanan oleh bangsa
Indonesia. Sejak 1945 hingga tahun 1950 telah terjadi berbagai macam
pertempuran antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda yang dibantu
oleh pasukan Sekutu-Inggris.
A. Perjuangan bersenjata dan diplomasi
Indonesia sudah menyatakan dirinya sebagai negara merdeka. Namun, hal
itu bukan berarti keadaan dalam negeri menjadi tenang. Kemerdekaan itu
harus dipertahankan dari ancaman pihak asing. Untuk mempertahankan
kemerdekaan, Pemerintah Indonesia menempuh dua cara, yakni perjuangan
diplomasi dan perjuangan bersenjata. Perjuangan diplomasi melahirkan
beberapa perjanjian, sedangkan perjuangan bersenjata mengakibatkan
terjadinya berbagai pertempuran.
1. Pertempuran Surabaya (10 november 1945)
Pertempuran di Surabaya melawan sekutu tidak lepas kaitannya dengan
peristiwa yangmendahuluinya, yaitu usaha perebutan kekuasaan dan senjata
dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 september 1945.
Perebutan kekuasaan dan senjata yand dilakukan oleh para pemuda berubah
mejadi situasi revolusi yang konfrontatif antara pihak Indonesia dengan
Sekutu.
Latar belakang pertempuran Surabaya, antara lain :
1) keinginan Sekutu untuk merebut senjata milik Jepang yang sudah dikuasai oleh para pemuda Indonesia.
2) Inggris yang mengingkari janjinya dengan pemerintah Indonesia, dan
berhasil membebaskan seorang kolonel Belanda dari penjara dengan
melakukan penyerangan.
3) terbunuhnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby pada pertempuran 28, 29 , dan 30 oktober 1945.
4) ultimatum Inggris yang mengeluarkan instruksi agar pemimpin bangsa
Indonesia dan semua pihak di kota Surabaya menyerah kepada Inggris.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran di Ambarawa terjadi pada tanggal 20 november 1945 dan
berakhir pada tanggal 15 desember 1945. Pertempuran ini terjadi antara
TKR bersama rakyan Indonesia melawan pasukan Sekutu-Inggris
Latar belakang pertempuran Ambarawa, antara lain :
1) Insiden di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri, yang kedatangannya diikuti oleh orang-orang NICA
2) pihak Sekutu yang mengingkari janjinya terhadap persetujuan yang sebelumnya telah disetujui oleh kedua belah pihak.
3) Sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa.
3. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 november 1945, pasukan sekutu dibawah pimpinan Brigadir
Jenderal T.E.D Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti oleh pasukan
NICA. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI akan melaksanakan
tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar kota
Medan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan
kembali dan dipersenjatai.
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain :
1) bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2) ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah-putih.
3) ultimatum agar pemuda Medan menyrahkan senjata kepada Sekutu.
4. Bandung Lautan Api
Pasukan Sekutu Inggris memasuki kota Bandung sejak pertengahan oktober
1945. Menjelang november 1945, pasukan NICA semakin merajelela di
Bandung dengan aksi terornya. Masuknya tentara sektu dimanfaatkan oleh
NICA untuk mengembalikan kekuasaanya di Indonesia. Tapi semangat juang
rakyat dan para pemuda Bandung tetap berkobar.
Latar belakang Bandung Lautan Api, antara lain :
1) Pasukan sekutu Inggris memasuki kota Bandung dan sikap pasukan NICA yang merajalela dengan aksi terornya.
2) Perundingan antara pihak RI dengan Sekutu/NICA, dimana Bandung dibagi dua bagian.
3) Bendungan sungai Cikapundung yang jebol dan menyebabkan banjir besar dalam kota
4) Keinginan sektu yang menuntut pengosongan sejauh 11km dari Bandung Utara.
5. Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 februari 1946 di Manado. Para
pemuda Manado bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan
perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohon, dan Minahasa.
Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan.
Adapun latar belakang dari peristiwa ini yaitu keinginan pemuda untuk
merebut kembali kekuasan di seluruh Manado yang berada di tangan
Belanda.
6. Pertempuran puputan Margarana (20 november 1946)
Pada tanggal 2 dan 3 maret 1946, lebih kurang 2.000 tentara Belanda
mendarat di pulau Bali. Ketika Belanda mendarat, pimpinan laskar Bali
Kolonel I Gusti Ngurah Rai, sedang menghadap ke markas tertinggi TKR di
Yogyakarta.
Latar belakang pertempuran Margarana, antara lain :
1) kedatangan Belanda yang memporak-porandakan pasukan Igusti Ngurah Rai
2) tidak behasilnya Belanda yang membujuk Pimpinan Laskar Bali untuk bekerja sama.
3) pasukan I Gusti Ngurah Rai berhasil menyerang markas Belanda yang menyebabkan kemarahan dari pihak Belanda.
7. Perjanjian Linggarjati
Perlawanan hebat dari rakyat dan para pemuda Indonesia, untuk
mempertahankan kemerdekaan menyebabkan Inggris menarik suatu kesimpulan
bahwa sengketa antar Indonesia dan Belanda tidak mungkin dapat
diselesaikan dengan kekuatan senjata, melainkan dengan cara diplomasi.
Untuk menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda, makap ada tanggal 10
november 1946 diadakan perundingan di Linggarjati. Pihak Indonesia
dipimpin oleh dr. Sudarsono, jenderal Soedirman dna jenderal Oerip
Soemohardjo. Sedangkan Belanda Van Mook, serta Inggris mengirim Lord
Killearn sebagai penengah. Isi persetujuan Linggarjati, antara lain :
1) Pemerintah RI dan Belanda bersama-sama membentuk negara federasi bernama Negara Indonesia Serikat.
2) NIS tetap terikat dalam ikatan kerja sama dengan kerajaan Belanda.
3) Belanda mengakui secara de facto RI dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah
de facto.
8. Agresi Militer I Belanda
Pada tanggal 27 mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus
dijawab dalam 14 hari yang menuntut agar segera dibentuk pemerintahan
sementara bersama dan pembentukan pasukan bersama. Namun ultimatum ini
dijawab dengan penolakan oleh Bangsa Indonesia. Sehingga, pada tanggal
21 juli 1947 Belanda melakukan serbuan pertama ke berbagai wilayah RI.
Serangan ini dikenal sebagai Agresi Militer I Belanda. Dalam waktu
singkat Belanda berhasil menguasai kota-kota, sasaran utama Belanda
ialah menguasai daerah-daerah penghasil devisa. Akibatnya wilayah yang
dikuasai RI semakin sempit dan pada umumnya adalah daerah minus.
9. Perjanjian Renville
Sementar peperangan sedang berlangsung, Dewan Keamanan PBB, atas desakan
Australia dan India, mengeluarkan perintah peletakan senjata tanggal 1
agustus 1947, dan segera setelah itu mendirikan suatu Komisi Jasa-Jasa
Baik, yang terdiri dari wakil-wakil Australia yang dipilih oleh
Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda, dan Amerika Serikat sebagai
penengah perselisihan itu. Yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara.
Dengan perantara KTN, pada tanggal 8 desember 1947 dimulantara RI dan
Belanda. Perundingan diadakan ditempat netral, yakni diatas kapal perang
Amerika Serikat USS enville di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta sebab
RI menolak berunding di daerah yang dikuasai Belanda. Perundingan
akhirnya menghasilkan persetujuan yang ditandatangani pada tanggal 17
juanuari 1948 yang dikenal dengan perjanjian Renville. Persetujuan itu
menmpatkan RI pada posis yang sulit. RI terpaksa mengakui pendudukan
Belanda di daerah-daerah yang mereka rebut selama Agresi Militer I.
10. Agresi Militer II Belanda
Pihak Belanda yang masih ingin menguasai wilayah Indonesia, mencari cara
untuk mengingkari persetujuan yang sudah disepakati. Sebelum macetnya
perundingan itu sudah ada tanda-tanda bahwa pihak Belanda akan
melanggar Perjanjian Renville. Oleh karena itu, pemerintah RI sudah
memperhitungkan bahwa sewaktu-waktu Belanda akan melakukan aksi
militernya untuk menghancurkan RI dengan kekuatan senjata.
Seperti yang telah diduga seblumnya, akhirnya Belanda pun melakukan aksi
militernya yang kedua, yang menyebabkan berhasil di dudukinya ibukota
Yogyakarta. Setelah serbuan ke Yogya dan daerah RI yang lain. Belanda
mengalami tekanan politik dan militer. Terutama dari USA dan negara Asia
yang bersimpati pada perjuangan RI. Dari segi militer, taktik gerilya
dan sistem wehrkreise yang dilaksanakan Angkatan perang RI berhasil
mengacaukan strategi dan taktik Belanda. Perjuangan yang paling
terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret. Karena secara militer Belanda
tidak akan dapat menaklukkan RI, jalan satu-satunya untuk menyelesaikan
konflik adalah kembali ke meja perundingan.
1.2. AKHIR PERANG KEMERDEKAAN (AKHIR REVOLUSI FISIK) MELALUI DIPLOMASI
B. Perjuangan mewujudkan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI)
Meski kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap saja
tidak mau mengakui kelahiran negara Indonesia. Belanda masih ingin
menguasai wilayah Indonesia. Masa-masa revolusi fisik merupakan masa
yang cukup berat bagi bangsa Indonesia karena disamping harus berjuang
mempertahankan kemerdekaan yang telah diraihnya harus juga berjuang
mewujudkan negara kesatuan RI. Wilayah Indonesia telah dipecah-pecah
oleh Belanda. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berjuang untuk merebut
kembali wilayah yang menjadi miliknya melalui perjuangan diplomasi
maupun angkat senjata.
1. Perjanjian Roem Royen
Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak Internaisonal melakukan
tekana kepada Belanda, terutama USA yang mengancam akan menghentikan
bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia
untuk kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 27 mei 1949, RI dan
Belanda menyepakati perjanjian Roem Royen. Perjanjian ini merupakan
perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya Konferensi Meja
Bundar yamg menjadi cikal bakal terwujudnya NKRI. Perundingan ini
dilakukan untuk meredakan konflik Indonesia-Belanda setelah bangsa
Indonesia dengan gigih mempertahankan wilayahnya dari segala agresi
Belanda. Inti dari perjanjian ini yaitu akan dilaksanakanya KMB yang
akan membahas tentang kedaulatan bangsa Indonesia.
2. Konferensi Inter-Indonesia
Sebagai tindak lanjut dari perjanjian Roem Royen, pada tanggal 22 juni
1949 diadakan perundingan formal antara RI. Hasil konferensi
Inter-Indonesia yang disetujui bersama, antara lain :
1) NIS disetujui dengan nama RIS
2) Angkatan perang RIS adalah angkatang perang Nasional
Selain itu, disetujui pula bahwa bendera kebangsaan adalah sang saka
Merah Putih, lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya, bahasa nasional
adalah Bahasa Indonesia, dan hari nasional adalah tanggal 17 agustus.
3. Konferensi Meja Bundar dan Pengakuan Kedaulatan
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antar pemerintah RI dan
Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 agustus hingga 2
november 1949, yang menghasilkan kesepakatan bahwa Belanda mengakui
kedaulatan RIS. Sesuai dengan hasil KMB, pada tanggal 27 desember 1949
berlangsung upacara pengakuan kedaulatan oleh pemerintah Belanda kepada
pemerintah RIS.
4. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda
PBB turut membantu dan berusaha menyelesaikan pertikaian bersenjata
anatar Indonesia-Belanda selama masa revolusi fisik (1945-1950). Pada
tanggal 24 januari 1949 Dewan Keamanan PBB bersidang dan dalam sidang
tersebut Amerika mengeluarkan resolusi yang disetujui oleh semui negara
anggota, yaitu :
1) Membebaskan Presiden dan Wakil Presidan serta pemimpin RI yang ditangkap pada 19 desenber 1948
2) Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di Indonesia sejak 19 desember 1948.
Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 desember 1949, maka berakhirlah
masa revolusi bersenjata di Indonesia dan secar de jure pihak Belanda
telah mengakui kemerdekaan Indonesia dalam bentuk RIS. Namun atas
kesepakatan rakyat Indonesia tanggal 17 agustus 1950, RIS dibubarkan dan
dibentuk NKRI. Selanjutnya pada tanggal 28 september 1950, Indonesia
di terima menjadi anggota PBB yang ke-60. Hal ini berarti bahwa
kemerdekaan Indonesia secara resmi telah di akui oleh dunia
internaisonal.